Tulisan

“ RUMAH VISIONER ” : Komunitas Sosial sekitaran Kampus IPB Dramaga

            Rumah Visioner adalah salah satu komunitas yang bergerak dibidang sosial pendidikan. Komunitas ini berfokus pada anak-anak...

Minggu, 16 Agustus 2015

Masa Perkenalan Fakultas

Tgl : 14 Agus 2015



Inilah perjalananku.
Dua bulan yang lalu, aku dikenalkan pada mereka. Suatu kelompok kecil untuk acara perkenalan fakultas.

Awalnya aku takut. Aku tidak berani bahkan walau hanya menyebutkan namaku. Aku takut membuka diri pada orang baru. Itu kelemahanku.

Hari keduanya kita dikumpulkan kembali oleh ketua kelompok. Yah, saling berkenalan lagi. Aku mengenal mereka sebatas nama. Aku memperhatikan, aku melihat setiap gaya dan perilaku mereka. Aku rasa aku bisa mengenal mereka saat itu. Hanya dan memerhatikan, apa itu salah? Yah, menurutku itu salah. Kemudian, tiba-tiba saja aku ditunjuk sebegai sekertaris kelompok. Itu bukan gayaku. Apalagi itu bukan keahlianku. Tapi mau apa lagi. Aku hanya ditunjuk. Hati kecilku takut dan bergetar. Aku benar tidak berani.
"Ya" ucapan itu keluar begitu saja. Dalam pikiranku, kapan aku bisa melawan rasa takut itu jika bukan sekarang? Aku harus bisa membuka mulut dan lebih banyak berbicara didepan umum.

Hari ketiga pertemuan. Aku jelas bisa melihat mereka lebih dekat. Dan aku mengenal mereka. Itu menyenangkan saat aku bisa diberi kesempatan berbicara lebih banyak diposisiku. Tentu dengan melawan ketakutan itu.

Aku tentunya tidak bisa menyebut mereka dengan karakter mereka satu per satu. Tapi aku mungkin bisa menyebutnya sedikit. Ada diantara mereka yang begitu diam tanpa banyak bicara. Ada yang begitu heboh, dan tidak pernah bisa diam. Tapi jika tidak ada dia, kelompok kita tidak akan berwarna. Ada juga seseorang yang begitu tegas dalam bicaranya. Ada juga yang begitu halus, lembut, bahkan sering tidak terdengar perkataanya. Yah, di kelompok ini seperti memiliki kepribadian yang bertolak belakang.Tapi, kita tersenyum dan tertawa bersama. Kita kompak dan menjaga kebersamaan kelompok ini. Kita rela meluangkan banyak waktu berhari-hari untuk kesolidan kita. Tanpa berpikir tentang diri kita yang telah berkorban banyak ataupun menonjolkan keegoisan masing-masing. Yang perlu kita tahu, bahwa kita adalah satu. Dan melihat salah satu dari mereka seperti melihat diri kita sendiri. Itulah yang kita rasakan.

Kemudian, seseorang pun masuk dan bergabung dalam kelompok kami. Anak baru. Tapi, kami menerimanya dengan hangat. Membuka tangan lebar-lebar untuknya bergabung. Pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan kehadirannya bukanlah hal yang begitu spesial. Dia adalah bagian dari kita. Dan seakan-akan dia telah hadir semenjak awal kita bertemu. Dia bukanlah orang asing bagi kita.

Hari H pun semakin dekat. Hanya hitungan hari lagi. Kami saling mengingatkan satu per satu. Menjaga kekompakan itu agar bisa terlihat jelas dikelompok lain. Bisa aku rasakan bagaimana sifat asliku begitu nampak hanya untuk memperhatikan mereka. (Maafkan aku).

Dan hari H pun tiba. Kami berusaha semampu kami. Tidak membuat kesalahan dan tidak membebani anggota kelompok. Pagi-pagi buta kita berkumpul di koridor kampus yang dingin. Aku tidak pernah kuat dengan angin malam, dan saat itu bibirku mulai memutih. Aku kedinginan hingga bergetar jari-jariku. Aku lemas dan jatuh terduduk. Tapi, tiba-tiba saja, seseorang merangkulku. Sedikit memelukku dari samping. Aku tahu siapa dia, tapi tetap aku ingin melihatnya dan memberikan senyum untuknya. Aku tidak apa-apa.

Tiga hari pun berjalan. Tiap pagi buta kita harus menunggu di koridor yang sepi, duduk di lantai yang dingin, dan menunggu di lapangan yang terbuka. Dan saat waktu sarapan tiba, kita saling berbagi makan. Sebungkus berdua, atau bahkan bertiga. Cukup mengenyangkan walau harus melewati waktu seharian. Menjelang sore, perut yang keroncongan membuat tawa diantara kelelahan kami. Roti sebungkus rela dibagi rata. Air minum kadang ludes di mulut mereka. Tapi kami tidak apa-apa.

Hari pertama, saat buku tugas kami dihancurkan. Sedih memang. Kami membuatnya lebih dari lima hari. Membuang banyak waktu dan uang juga untuk itu. Tapi kami langsung kembali bangkit. Kami berkumpul dan kembali mengerjakannya. Yang kami ingat bahwa kami adalah satu. Maka dari itu, kami bisa menyelesaikannya dalam waktu 2 jam lebih.

Hari H2. Hari yang paling berkesan untukku. Bukan, tapi untuk kita semua. Hari disaat kita merasakan dan memerlukan kekompakan. Berbagai permainan kelompok. Disitu kita merasakan kalah dan menang. Saat menang, kita bisa merasakan  kekompakan dari kelompok kita. Dan saat kita kalah, kita merasakan bahwa, itu juga merupakan kesalahan kita. Kita tidak bisa menyalahkan dia atau pun dia. Tapi, masing-masing dari kami selalu mengucapkan kata maaf. Entah itu serius, kita selalu mengatakan dan menganggapnya bercanda. Kita juga tahu itu.


Dan H3, hari istimewa dari dua hari yang sebelumnya. Kami semua disambut oleh Kepala Dekan Fakultas. Disambut teriakan semangat dari semua kakak-kakak panitia.
"Selamat datang di Fakultas Merah"
kemudian kami diiring menuju lapangan Rektorat dan berfoto angkatan disana. Sungguh senang hatiku mengingat setiap geraknya. Kampus yang tidak pernah aku bayangkan, dan fakultas yang tidak pernah diimpikan, juga jurusan yang tidak pernah dibesitkan. Nyatanya aku disini. Itu adalah hal yang luar biasa. Kalimat syukurlah yang tidak pernah lepas aku ucapkan hingga kini.

Hari H pun berakhir. Usaha kami pun tidak sia-sia. Kelompok kami keluar sebagai juara kelompok terbaik. Selain itu juga sebagai juara-juara yang lain. Bisakah kamu membayangkannya? Tidak, mungkin jika kamu mengikuti perjalanan 2 bulan kami ini. Hanya dengan seorang kakak asuh, seorang ketua, juga sekben. Kita bisa menggerakan dua puluh orang serta saling menjaga kekompakan.

Pelajaran yang aku ambil, tidak terhitung. Disetiap pertemuan kami, tidak pernah satupun yang tidak berkesan dan menjadi pelajaran untukku.

Mungkin sedikit yang ingin aku sampaikan. Pertama, aku tidak ingin lagi hanya berlaga mengenal mereka hanya dari melihat penampilannya. Kemudian, ketakutanku. Jika aku terus bersembunyi, kapan aku bisa melawan ketakutan itu. Bukankah waktu hanya terus berjalan dan menciptakan kesempatan, lalu kenapa membuat kesempatan itu terlewat begitu saja?

Kemudian, tentang kekompakan. Bukan lagi bicara tentang keegoisan atau sifat ketidakpedulian. Kita adalah satu dalam kelompok. Dia adalah kita, kita adalah mereka. Jika dia harus jatuh, kita pun ikut jatuh bersama. Tapi kemudian kita kan berpegang tangan lagi untuk bangkit bersama. Bukan saling menunjuk atau menyalahkan. Aku harus menyukai mereka seperti keluargaku sendiri. Walaupun aku tidak suka, aku akan berusaha menerimanya. Begitu caraku memberi kekompakan di kelompok kita ini. Serta, saling membuka dan mengulurkan tangan dari puncak sedang ke dataran yang paling bawah. Kita akan membawanya bersama kita bukan membiarkannya dibawah kita. Itulah konsep kita. Tidak, seperti itulah konsepku. Aku masih tidak tau konsep yang dipikirkan ketua dan teman-temanku yang lain. Tapi mungkin ini sebagian kecil yang bisa diterapkan untuk mencapai kekompakan.

Oh. Aku ingat ketika pertemuan di hari kedua. Setelah perkenalan, dia berkata dengan lirih,
"Gue beruntung jadi anggota kelompok ini."
Kalimat yang meragukanku dan berusaha selalu aku abaikan. Di hari pertemuan pertama, di hari saat kita benar-benar baru mengenalkan diri. Aku penasaran dengan yang dia ucapkan ini. Namun, sekarang aku begitu ingin mengatakannya. Aku ingin mengatakannya dengan suara tegas dan keras.
"Aku beruntung mendapat kelompok bersama kalian !"
Yah, aku beruntung mengenal kalian, aku beruntung bisa bertemu kalian. Terimakasih buat semuanya. Tidak pernah aku lupakan dengan mudahnya semua kebersamaan kita ini. Mari lanjutkan langkah kita. Semangat dalam jurusan masing-masing. Dan sukseslah di masa depan ! Amiin.

Dan pada akhirnya, seorang kakak panitia berkata padaku.
"Kalian bukan lagi kompak, tapi kalian itu SOLID"

*Sahutan untuk Fakultas Teknologi

Thanks for Kak Syifa (Kakak pendamping), Sabilah Makhruf (Ketua), Irfan, Ade, Taupiq, Lutfi, Tegar, Wildan, Ronald, Uwit, Yusuf, Ryan, Billy, Adisti, Annisa, Lintang, Tia, Andini, Kiput, Veny. Kak Danang juga Kakak pendamping kelompok kami.

#TechnoF2015
#MPF_Fateta
#FakultasMerah
#FakultasTeknologiPertanian
#FATETAsolid
#IPBogor


Monggo ditonton themesong kami.. jangan lupa dilike yaa.. Hatur nuhun :)

Jumat, 14 Agustus 2015

Orang akan menilaimu melalui penampilanmu

Aku ingat pertanyaan seorang temanku. Waktu itu, aku hanya duduk melamun karena ngantuk. Ternyata nungguin teman untuk ngumpul buat tugas itu emang bikin ngantuk deh suer wkwk- Gak tau napa selalu aku yang duluan datengnya. Entah aku yang kecepetan, jamnya salah, atau mereka yang kelamaan. Oke, balik ke topik. Aku cuma ngeliatin orang mondar mandir dikoridor kampus, temen2 kelompok lain yang udah serius banget bikin tugasnya. Padahal kita cuma buat tugas ospek yang gak jelas bentuknyaa haha. Dan akhirnya sesosok manusia pun muncul hah ! -anggota kelompokku maksudnya-.

"Assalamualaikum Tin." Sapanya. Dan duduk disamping kanan tepat didepanku.

"Waalaikumsalam wr wb" jawabku lirih.

"Yang lain belum dateng ya?"

"Tau ah. Dari tadi aku sendirian disini. Cuman ngeliatin orang yang mondar mandir."

Dia gak ngerespon. Itu pertanyaan buat basa-basi doang.

Hening. Kaku. Dan kriik kriiik.
Yap. Temenku ini cowok. Dan akuuu, kalo dengan cowok pasti canggung banget deh rasanya. Sumpah dah.

"Kok lama banget ya." Ujarnya. Sok mencairkan suasana. -kayak adegan serius aja-

"Kapan sih mereka on time?" Tanyaku balik.

"Atin yang datengnya kecepetan haha"

"Kan emang harus on time. Generasi mudanya aja kayak gini. Gimana negara bisa maju?" kataku sok keren2 aja haha.

"Haha iya sih. Emang bagus kayak gitu."

"Aku diajarin on time itu udah dari SD. Makanya sampe sekarang kebawa juga."

"Oh ya?" Tanyanya sok2an kaget --
Yaudah. Aku mulai cerita2 aja. Bikin suasana sok akrab biar gak ngerasa aneh.

"Sebenernya gak juga sih. Dari SD sampe SMA kelas dua mungkin ya, aku selalu on time. Tapi kelas tiganya udah mulai molor. Karna udah tau kebiasaan orang2nya pada telat semua haha."

"Tapi pas nyampe dibogor kebiasaan itu ilang. Jadi ontime lagi sekarang." Lanjutku. Dia cuma senyum.

Aku lanjut cerita lagi aja. Sok2an biar deket aja. Cari pengalaman biar ngomong depan cowok gak kikuk lagi haha.

"Pernah tuh. Asramaku kan jauh. Kalo ke kampus harus 15 menitan jalannya. Tapi aku selalu berangkatnya kurang dari 10 menit. Pas nyampe, eh dosennya masuk, mau nutup pintu, akunya muncul dibelakang. Haha"

"Kurang lebih hampir dua bulan kayak gitu. Sekarang mah udah enggak."

"Wah mesti buru-buru banget ya?" Aku tau dia bingung mau jawab apa. Pertanyaannya itu cuma buat aku biar meresa direspon. -Aku tau kok-.

Eh gantian dia yang cerita. Aku mah nyimak ae.
"Iya. Aku juga di SMP emang selalu on time. Sekarangnya aja yang mulai molor. Udah tau pada lelet semua makanya ikutan telat. Hehe"

"Iyah ih bener. Pas tau kalo sering telat kayak gitu, aku juga ikutan telat. Kadang kalo kegiatan ngumpul kayak gini, aku nunggu teman2 bilang kalo udah di TKp. Udah gitu baru aku mandi dan siap2 wkwkwk."

Dia cuma ketawa kecil. Terus dilanjutin lagi.
"Tapi kalo orang sering on time terus datangnya telat tuh perasaannya udah gak enak yah. Berasa kayak gimana gitu."

"Haha iya. Kok tau? Rasa takut, cemas atau apalah hahaha"

"Haha ciee"

Udah. Sampe situ aja percakapan kita. Aku liat hp lagi, dia buka2 tasnya nyiapin peralatan yang dibutuhkan. Kembali suasana hening. Kriik kriik.

Dalam hati, kok mereka lama sih? Dua puluh orang janjiannya jam 9, udah mau jam sepuluh aja baru berdua. Ckckck. Udah gak tau mau ngobrol apa lagi nih sama cowok didepan aku. Mati gaya.

"Dulu Atin pesantren?"
Tiba-tiba langsung ditanya gitu.

"Enggak."

"Oh kirain.."

Baru aja mau buka mulut bikin percakapan baru, tapi akhirnya ketua kelompoknya dateng bersama dua orang pasukan. Haha. Selamat. Gak mesti berduaan lagi. Berasa aneh diliat orang yang lewat.

Tapi pertanyaannya itu loh..
"Apa karakter dan kepribadian aku sampe dia bisa nyimpul dengan mudah banget kalo aku dari pesantren?" Hmm, itu menjadi pr untukku.

Tapi kalau dia bisa menyimpulkan begitu, berarti penampilan adalah cara penilaian orang. Semoga penampilanku sesuai dengan hati, akhlak, dan kelakuanku. Semoga aku menjadi pribadi positive seperti penilaian mereka yang positive dari penampilanku. Amiiinn..

Sabtu, 01 Agustus 2015

Istiqomah? Bisakah aku?

"Bisakah kamu istiqomah didalam jalan dakwah ini?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh temanku ini terasa sulit. Dalam hatiku selalu ingin bisa terus belajar dan berdakwah tentang islam. Tapi saat pertanyaan itu muncul, sesuatu ikut muncul pula dalam hatiku. Sebuah keraguan. Rasa ketidak percayaan diri bergabung menjadi rasa keraguan akan keinginanku. Bisakah aku istiqomah dalam dakwah ini? Aku kembali bertanya dalam hatiku.

Keraguan itu muncul menggoyahkan. Mampukah aku? Jika jawabanku iya, aku takut bahwa jawabanku hanyalah hembusan angin. Aku tidak mampu menepati perkataanku itu. Namun jika jawabanku tidak, artinya aku seorang pecundang yang mengaku kalah sebelum bermain. 

Kau tahu betapa beratnya istiqomah itu?
Maka, aku berusaha menetapkan hati. "InsyaAllah" kata itulah yang keluar dari mulutku. Jawaban yang bukan merupakan janji, namun akan terjadi jika Allah menghendaki. Aku tidak akan tahu apa yang akan terjadi kelak. Aku hanya ingin mengikuti keinginanku dan terus berada dijalan-Nya. Jika sesuatu itu terjadi, maka aku percaya itu adalah kehendak-Nya. Aku akan terus berusaha untuk bisa istiqomah, hanya itu.

Kemudian ku ucapkan, 
"Bismillah"
Aku memulainya saat itu juga.