Tulisan

“ RUMAH VISIONER ” : Komunitas Sosial sekitaran Kampus IPB Dramaga

            Rumah Visioner adalah salah satu komunitas yang bergerak dibidang sosial pendidikan. Komunitas ini berfokus pada anak-anak...

Rabu, 10 Juni 2015

Cerpen Singkat !


Tgl : 6 Mei 2015
Judul :
Waktu ayah

Ini cerita tentang gadis kecil yang baru duduk si kelas dua
SD. Ayahnya adalah seorang pegawai hebat yang duduk di
kursi tinggi di suatu perusahaan. Uang ayahnya begitu
banyak sampai2 semua yang di inginkan si gadis kecil pasti di
belikan oleh sang ayah. Tidak salah jika ayahnya adalah
seorang pegawai yang rajin. Setiap pagi2 sekali sang ayah
pergi ke kantor sedang si gadis kecil masih terbuai dalam
mimpi. Dan saat ayahnya pulang pada malam hari, si anak
sudah jatuh kelelahan karena bermain seharian.
Suatu pagi, gadis kecil bertanya pada ibunya,
"Ibu, apakah ayah tidak bisa mengantarku pergi ke sekolah
hari ini?"
"Tidak, nak. Ayah sudah berangkat kerja pagi2 sekali" jawab
sang Ibu.
"Lalu, apakah besok ayah bisa datang ke pertemuan orang
tua di sekolah?" Tanya si gadis kecil lagi.
"Tidak, nak. Ayah harus pergi ke kantor. Besok ibu yang
akan datang ke pertemuan itu." Jawab Ibu lagi.
"Apakah ayah juga tidak bisa menemaniku bermain di hari
libur nanti?"
Ibu menggeleng.
"Ayah harus bekerja. Ayah punya tanggung jawab untuk
menafkahi kita, nak."
"Apa gaji ayah sangat banyak?" Si gadis kecil masih terus
bertanya.
"Ya, dengan uang ayah, kamu bisa beli baju baru dan juga
mainan baru." Jawab sang Ibu.
Si gadis kecil diam sesaat lalu ia kembali bertanya,
"Apakah ayah bekerja untuk mendapatkan uang?"
Ibu kembali menjawab dengan sabar.
"Ayah bekerja untuk mencari nafkah. Untuk kita. Kamu
masih terlalu kecil untuk mengerti tentang ini, nak" jelas
Ibu. Si gadis kecil diam dan tidak ingin bertanya lagi.
Seminggu kemudian, di suatu malam, gadis kecil itu masih
belum juga tidur. Ibu sudah kewalahan membujuk anaknya.
Katanya, ia ingin menunggu sampai ayahnya pulang. Alhasil,
si gadis kecil bersama sang ibu tertidur di sofa depan
menunggu ayah pulang.
Ketika ayah datang, si gadis kecil langsung terbangun dan
berlari menuju ayah.
"Maafkan ayah sudah membuat kamu terbangun" ujar ayah.
"Aku memang menunggu ayah pulang." Kata si anak.
Sang ayah bingung.
"Kenapa harus menunggu ayah sampai selarut ini?"
Gadis kecil ini pun mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Ayah, aku tidak tau berapa gaji ayah. Tapi kata ibu, gaji
ayah sangatlah banyak, dan aku tidak akan punya uang
sebanyak itu sebelum aku dewasa nanti." Ujar si anak. Ia
menyerahkan sekantong pelastik kecil uang logam dan
beberapa lembar uang kertas kepada ayahnya.
Sang ayah masih menatapnya dengan tatapan bingung.
"Tapi, menunggu untuk aku dewasa terlalu lama, yah. Aku
butuh ayah sekarang. Semoga uang ini bisa membeli waktu
ayah agar bisa bermain bersamaku besok." Lanjut sang
anak.
"Simpan saja uangmu, nak. Uang itu bisa kamu pakai untuk
beli mainan yang kamu suka. Kamu juga bisa minta ke ayah
kalau masih kurang" kata ayah.
Gadis kecil menggeleng cepat.
"Aku menjual semua mainanku untuk uang ini dan juga aku
simpan uang jajanku setiap hari. Ayah, aku gak butuh
mainan atau baju yang mahal. Aku hanya butuh ayah, aku
ingin membeli waktu ayah."
"Semua uang ini aku ingin gunakan untuk membeli satu jam
saja dari waktu ayah. Aku tau waktu ayah sangat berharga
tapi aku ingin bermain dengan ayah seperti teman2ku yang
bermain bersama ayah mereka.."
Sang ayah tertegun dan akhirnya menangis sambil memeluk
tubuh anaknya. Sang ayah baru mengerti, bahwa seluruh
waktu yang ia gunakan hanya untuk bekerja dan bisa
memenuhi kebutuhan keluarganya ternyata salah. Bukan
hanya materi yang perlu ia berikan pada keluarganya tapi
juga batiniyyah. Dan anak lebih peka perasaannya dan akan
lebih cepat membuat hal untuk bisa mendapatkan apa yang ia
inginkan. Meskipun ia belum banyak mengerti, tapi ia bisa
menunjukkan hal yang sebenarnya ia butuhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar